Krisis Air Global 2025: Dunia di Ambang Kekeringan Massal

krisis air global 2025

Isu krisis air global 2025 kini menjadi perhatian serius dunia. Laporan terbaru dari World Resources Institute (WRI) menunjukkan bahwa 25 negara menghadapi risiko tinggi kekurangan air bersih akibat perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan eksploitasi sumber daya air yang berlebihan. Dari Afrika hingga Asia Selatan, kekeringan ekstrem telah melanda dan memengaruhi jutaan jiwa.


Kronologi Kejadian

Sejak awal 2025, beberapa negara di Timur Tengah seperti Iran, Yaman, dan Suriah mengalami penurunan debit air hingga 80%. Di India bagian utara, sungai Gangga mengalami penyusutan drastis, sementara di Afrika Timur, Danau Victoria dilaporkan turun permukaannya hampir dua meter.
Al Jazeera melaporkan bahwa di banyak wilayah, masyarakat kini harus berjalan puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih.


Fakta dan Data yang Terungkap

  • Negara paling terdampak: Iran, India, Pakistan, Ethiopia, dan Mesir.
  • Jumlah penduduk terdampak: 2,4 miliar orang.
  • Penurunan sumber air global: 26% dalam satu dekade terakhir.
  • Kerugian ekonomi: diperkirakan mencapai USD 500 miliar per tahun.

Baca juga: Kebakaran Hutan Kalimantan 2025: Asap Tebal Selimuti Kota

Menurut BBC, konsumsi air dunia meningkat tiga kali lipat dalam 50 tahun terakhir, namun pasokannya stagnan akibat perubahan iklim dan kerusakan ekosistem sungai.


Tanggapan Publik dan Pihak Terkait

Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut krisis ini sebagai “bom waktu ekologis.” Ia mendesak negara-negara untuk mempercepat transisi menuju sistem pengelolaan air berkelanjutan.
Sementara itu, para ilmuwan memperingatkan bahwa krisis air bisa memicu konflik antarnegara di masa depan jika tidak diatasi secara kolektif.

Tagar #WaterCrisis2025 ramai di media sosial dengan jutaan unggahan yang menyoroti kekeringan parah di berbagai belahan dunia.


Dampak & Perkembangan Selanjutnya

  • Kesehatan: meningkatnya penyakit akibat air tercemar dan dehidrasi ekstrem.
  • Pertanian: gagal panen besar-besaran di Asia Selatan dan Afrika.
  • Ekonomi: sektor industri terhambat karena kekurangan pasokan air bersih.

Negara-negara maju mulai berinvestasi dalam teknologi desalinasi (pengolahan air laut menjadi air tawar) dan sistem daur ulang air limbah. Namun, biaya tinggi membuat teknologi ini belum bisa diakses secara merata.


Kesimpulan

Krisis air global 2025 bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga ancaman kemanusiaan. Kekeringan ekstrem dan kelangkaan air bersih dapat memicu instabilitas ekonomi dan sosial global. Dunia kini dihadapkan pada pilihan sulit: beradaptasi dengan cepat, atau menghadapi bencana ekologi terbesar abad ini.

Author: Berita Kami