Teknologi Penangkap Karbon 2025: Inovasi Melawan Krisis Iklim

teknologi penangkap karbon 2025

Dunia kini menaruh harapan besar pada teknologi penangkap karbon 2025, yang digadang-gadang mampu menyerap jutaan ton emisi CO₂ dari atmosfer. Di tengah meningkatnya suhu global dan target Net Zero Emission 2050, teknologi ini menjadi simbol perjuangan umat manusia melawan krisis iklim yang makin parah.


Kronologi Kejadian

Awal Oktober 2025, Swiss dan Islandia meluncurkan fasilitas direct air capture (DAC) terbesar di dunia bernama “Orca II”, yang mampu menyerap 5 juta ton karbon per tahun.
Sementara itu, di Asia, Jepang dan Korea Selatan memperkenalkan sistem karbonisasi laut yang menyalurkan emisi CO₂ ke dasar samudra secara aman.
Menurut The Guardian, 2025 menjadi tahun dengan investasi hijau tertinggi sepanjang sejarah, mencapai USD 1,5 triliun.


Fakta dan Data yang Terungkap

  • Kapasitas global penyerapan karbon: 40 juta ton CO₂ per tahun.
  • Jumlah proyek aktif: lebih dari 100 di seluruh dunia.
  • Negara pemimpin: Swiss, Islandia, Jepang, AS.
  • Biaya per ton karbon: sekitar USD 180–220.

Baca juga: Energi Nuklir Bersih 2025: Solusi atau Ancaman Baru Dunia?

Menurut BBC, teknologi penangkap karbon kini jadi fokus utama dalam kebijakan iklim global karena terbukti lebih cepat dibandingkan reboisasi konvensional.


Tanggapan Publik dan Pihak Terkait

Aktivis lingkungan menyebut inovasi ini sebagai “game changer” bagi masa depan bumi. Namun, beberapa ilmuwan memperingatkan bahwa teknologi ini tidak boleh jadi alasan negara industri untuk tetap mengandalkan bahan bakar fosil.
Di media sosial, tagar #CarbonCapture2025 viral dengan jutaan unggahan video edukatif tentang cara kerja fasilitas penyerap karbon raksasa.


Dampak & Perkembangan Selanjutnya

  • Lingkungan: potensi menurunkan suhu global hingga 0,2°C pada 2030.
  • Ekonomi: menciptakan industri baru berbasis teknologi hijau dan lapangan kerja ramah lingkungan.
  • Kebijakan: negara maju berlomba memberi insentif pajak bagi perusahaan dengan teknologi penangkap karbon.

PBB memprediksi teknologi ini akan jadi tulang punggung strategi mitigasi perubahan iklim dunia dalam 10 tahun ke depan.


Kesimpulan

Teknologi penangkap karbon 2025 menunjukkan bahwa inovasi manusia masih punya peluang menyelamatkan bumi. Namun, tanpa pengurangan emisi dari sumber utama, upaya ini bisa sia-sia. Dunia kini dihadapkan pada pilihan: berinvestasi lebih dalam teknologi hijau, atau menghadapi konsekuensi perubahan iklim yang tak terbalikkan.

Author: Berita Kami