Ekonomi Global 2025: Ancaman Resesi Bayangi Pertumbuhan

ekonomi global 2025

Situasi ekonomi global 2025 tengah menghadapi tekanan berat. IMF (International Monetary Fund) memperingatkan potensi resesi ringan di beberapa kawasan akibat ketidakpastian geopolitik, melonjaknya harga energi, dan tingginya inflasi. Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia Tenggara kini berada dalam situasi waspada. Pertanyaannya, bagaimana kondisi ini terbentuk, siapa yang terdampak paling besar, dan apa langkah yang bisa diambil?


Kronologi Kejadian

Awal 2025 ditandai dengan kenaikan tajam harga minyak mentah dunia hingga USD 120 per barel. Konflik geopolitik di Timur Tengah memperburuk pasokan energi. Di sisi lain, Eropa masih bergulat dengan pemulihan pasca krisis energi 2023–2024.
Indonesia sendiri ikut terdampak dengan meningkatnya biaya impor dan pelemahan rupiah yang sempat menyentuh Rp16.200 per dolar AS. Kompas mencatat inflasi Indonesia naik ke 5,8% pada Agustus 2025.


Fakta dan Data yang Terungkap

  • Pertumbuhan ekonomi global: diproyeksikan hanya 2,3% menurut IMF.
  • Inflasi rata-rata global: 6,1%.
  • Negara paling terdampak: Jerman, Italia, India, dan Brasil.
  • Pasar keuangan: indeks saham global turun 8% sejak awal tahun.

Baca juga: AI Generatif 2025: Tren Baru Ubah Dunia Teknologi


Tanggapan Publik dan Pihak Terkait

Presiden Amerika Serikat menyerukan kerja sama global untuk menstabilkan harga energi. Sementara itu, G20 yang baru saja menggelar pertemuan di Jepang menekankan pentingnya mempercepat transisi energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.

Di Indonesia, Menteri Keuangan menegaskan APBN 2025 masih cukup kuat menahan gejolak, dengan cadangan devisa mencapai USD 130 miliar. Namun, ekonom independen menilai langkah pengendalian inflasi masih perlu diperketat.

Menurut BBC, kondisi ini bisa memicu gejolak sosial di beberapa negara berkembang, terutama yang memiliki ketergantungan tinggi pada impor energi.


Dampak & Perkembangan Selanjutnya

  • Ketenagakerjaan: jutaan pekerja di industri energi dan manufaktur terancam pemutusan hubungan kerja.
  • Konsumsi publik: daya beli menurun akibat kenaikan harga pangan dan energi.
  • Investasi: investor asing menunda ekspansi ke negara berkembang karena ketidakpastian pasar.

Ekonom Bank Dunia memprediksi pemulihan baru akan terlihat pada 2026, bergantung pada stabilitas geopolitik dan keberhasilan pengendalian inflasi.


Kesimpulan

Ekonomi global 2025 menghadapi tantangan berat yang bisa menjadi ujian besar bagi stabilitas dunia. Meski ada upaya koordinasi internasional, jalan menuju pemulihan masih panjang. Pertanyaan yang muncul: apakah dunia mampu menghindari resesi global, atau justru harus bersiap menghadapi krisis ekonomi baru?

Author: Berita Kami