Jakarta – Isu lingkungan kembali jadi perhatian dunia pada Kamis (25/9/2025), setelah laporan terbaru Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyebut suhu global sudah naik 1,5°C dibanding era praindustri. Laporan yang dirilis di Jenewa ini memicu kekhawatiran luas, karena kenaikan suhu tersebut lebih cepat dari proyeksi sebelumnya. Bagaimana kronologi laporan ini, apa saja fakta terbaru, dan apa langkah dunia selanjutnya?
Kronologi Kejadian
IPCC merilis laporan tahunan yang menyoroti kondisi iklim global. Temuan utama menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca belum menurun signifikan meski ada kesepakatan internasional seperti Paris Agreement.
Laporan ini juga dipresentasikan dalam forum lingkungan dunia di Jenewa yang dihadiri lebih dari 190 negara. Menurut Reuters, delegasi menyepakati perlunya tindakan lebih cepat sebelum tahun 2030.
Fakta dan Data Terkini
- Suhu rata-rata global naik 1,5°C pada 2025.
- 60% terumbu karang dunia dalam kondisi kritis.
- Laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyebut 2025 jadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan cuaca.
- Indonesia termasuk 10 negara paling rentan terdampak perubahan iklim, terutama karena naiknya permukaan laut.
Baca juga: Dampak Krisis Energi Global terhadap Indonesia
Dampak atau Reaksi Publik
Di media sosial, tagar #ClimateCrisis dan #SaveTheEarth ramai dibahas. Banyak aktivis lingkungan mendesak aksi nyata, bukan hanya janji.
Masyarakat dunia menunjukkan kepedulian lewat kampanye digital, donasi pohon, hingga aksi demo damai di berbagai kota besar seperti London, New York, dan Jakarta.
Sementara itu, kalangan bisnis mulai merespons dengan meluncurkan program net zero carbon lebih cepat.
Analisis & Opini Ahli
Pakar lingkungan Universitas Oxford, Prof. Amelia Collins, menilai isu lingkungan 2025 sudah masuk fase darurat.
“Jika tren ini berlanjut, dampak ekstrem seperti banjir, gelombang panas, dan gagal panen akan semakin sering terjadi. Dunia harus bergerak cepat,” jelasnya.
Menurut BBC News, negara berkembang butuh dukungan dana besar untuk bisa beradaptasi, karena mereka paling terdampak meski kontribusi emisi relatif kecil.
Langkah atau Prospek ke Depan
Pemerintah global sepakat memperkuat komitmen transisi energi hijau, termasuk investasi besar pada energi surya, angin, dan kendaraan listrik.
Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 31,89% pada 2030 sesuai dengan Enhanced NDC (Nationally Determined Contribution).
Pakar menilai aksi kolektif akan menentukan apakah kenaikan suhu bisa ditekan di bawah 2°C sesuai target Paris Agreement.
Kesimpulan
Isu lingkungan 2025 kembali mengingatkan dunia bahwa krisis iklim nyata dan sudah terjadi. Fakta terbaru dari IPCC menunjukkan kondisi bumi semakin genting.
Reaksi publik dan langkah pemerintah global menjadi kunci untuk menyelamatkan generasi mendatang. Update terbaru dari forum internasional akan terus menentukan arah kebijakan iklim dunia.